Sunday 24 June 2007

MELACAK AKAR KONFLIK ANTAR PERGURUAN SILAT DI KARISIDENAN MADIUN

Penulis adalah Pemimpin Redaktur Radar Madura, Alumnus Mahasiswa Antropologi Udayana Angkatan 1990

by Nashirul Umam --
Kasus perkelahian antar perguruan silat yang di motori oleh Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Setia Hati winongo atau di sebut STK (Sedulur tunggal kecer) dikaresidenan madiun akhir-akhir ini sangat marak dan melibatkan masa pendukung secara massif dan di sertai dengan pengerusakan serta jatuhnya korban jiwa. Konflik yang berpangkal dari perbedaan penafsiran dan klaim kebenaran tentang ideoligi keSHan merambat hampir seluruh karisedanan Madiun .hadirnya konflik tersebut juga meinimbulkan keresahan dan ketidaknyaman berbagai lapisan masyarakat. Arkeologi Kekerasan SH Terate VS SH Winongo . Perkelahian secara turun temurun antar SH Terate dan SH Winongo tidak lepas dari setting sejarah yang melatarbelakangi . Kedua perguruan tersebut awalnya merupakan satu perguruan yaitu Setia Hati (diawali berdirinya Sedulur Tunggal Kecer) yang berdiri di kampung Tambak Gringsing Surabaya oleh KI Ngabei Soero Diwiryo dari Madiun pada tahun 1903. Pada tahun tersebut KI Ngabei belum menamakan perguruannya dengan nama Setia Hati namun, bernama “Joyo Gendilo Cipto Mulyo” hanya dengan 8 orang siswa, didahului oleh 2 orang saudara yaitu Noto/Gunadi (adik kandung KI Ngabei sendiri) dan kenevel Belanda. Organisasi silat tersebut mendapat hati di kalangan masyarakat sekitar tahun 1917 . yang mana Joyo Gendilo Cipto Mulyo mealkukan demonstarsi silat secara terbuka di alun –alun Madiun dan menjadikannya sebgai perguruan yang popular di kalangan masyarakat karena gerakan yang unik penuh seni dan bertenaga . pada tahun 1917 Joyo Gendilo Cipto Mulyo bergati nama dengan Setia Hati. Pendiri perguruan tersebut meninggal pada tanggal 10 November 1944 dalam usia 75 tahun, dengan meninggalkan wasiat supaya rumah dan pekarangannya diwakafkan kepada Setia Hati dan selama bu Ngabei Soero Diwiryo masih hidup tetap menetap di rumah tersebut dengan menikmati pensiun dari perguruan tersebut. KI Ngabei dimakamkan di Desa Winongo Madiun dengan batu nisan garnit dengan dikelilingi bunga melati. Dan oleh berbagai kalangan makam Ki Ngabei dijadikan pusat dari perguruan Setia Hati. Dan pada Tahun 1922 Murid KI Ngabei Soero Diwiryo mendirikan Setia Hati Teratai sebagai respon untuk mengembangkan Pencak silat dengan ideologi ke SH an. Pertentangan Ideologi memulai memuncak ketika pendiri SH meninggal yang mana konflik tersebut di motori oleh dua murid kesayangan Ki Ngabei Soero Diwiryo yang mengakibatkan pecahnya SH dan terbagi dalam 2 wilayah teritorial yaitu SH Winongo yang tetap berpusat di Desa Winongo dan SH Terate di Desa Pilangbangau Madiun. Konflik kedua murid merambat sampai akar rumput sampai sekarang yang di penuhi rasa kebencian satu sama lain. Belum lagi konflik di perparah kepentingan politik dan perebutan basis ekonomi. Basis pendukung antar kedua perguruan di bedakan oleh perbedaan kelas juga. SH Winongo berkembang dalam alan perkotaan dan basis pendukungnya adalah para bangsawan atau priyayi sedangkan SH Teratai berkembang diwilayah pedesaan dan pinggiran kota. Perpecahan kedua perguruan tadi juga terletak dalam strategi pengembangan ideologi yang satu bersifat ekslusif sedangkan Hardjo Utomo ingin membangun SH yang lebih bisa diterima masyarakat bawah guna melestarikan perguruan. Melihat dari latar belakang tersebut konflik yang tejadi adalah konflik identitas yang mana kedua perguruan tersebut saling mengklaim kebenaran pembawa nilai Ideoligi SH yang orisinil dan menganggap dirinya yang paling baik dan benar. Klaim kebenaran terus menerus di reproduksi sehingga membentuk praktek –praktek diskursif yang saling meyalahkan satu sama lain. Konflik yang di gerakkan oleh klaim kebenaran pemegang otoritas tunggal ideologi ke SH an juga di dukung oleh kultur agraris masyarakat setempat yang dalam kehidupan sehari-hari tidak mempunyai kegiatan selain bertani untuk memenuhi kebutuhan sehari –hari. Tumbuh suburnya perguruan silat di karesidenan Madiun juga di topang oleh idelogi pencak silat yang di olah kebatinan kejawen yang sangat familiar dalam kehidupan sehari –hari. Implikasinya kelompok silat menjadi suatu yang itegral dalam kehidupan masyarakat dan masyarakat juga ikut melestarikan konflik di sebabkan tingkat partisipasinya dalam kelompok silat sangat tinggi. Hadirnya kelompok silat dalam masyrakat agraris adalah sebuah media sosial untuk melepaskan rutinitas sehari –hari dan sebagai pelepas tekanan kemiskinan yang sering di derita masyarakat petani. Partisipasi masyarakat yang tinggi dalam kelompok silat dan di barengi sentimen ideologis yang kuat dan cenderung emosional dalam bertindak seringkali di manfaatkan oleh kelompok kepentingan yaitu oleh para politisi lokal untuk mendukung parpol yang di pimpimnya. Fenomena tersebut bisa di lihat Mantan Bupati Ponorogo Markum pada tahun 1998 lalu bergabung menjadi anggota kehormatan SH Terate. Maka kelompok silat yang jumlahnya ribuan sangat potensial untuk mendukung kepentingan parpol tertentu.hadirnya nuansa politisasi dalam sebuah organisasi silat yang menambah rantai konflik semakin panjang dan sangat sulit untuk di selesaikan. Pertarungan eksistensi antara SH Winongo dan SH Terate juga ber imbas pada perekutan anggota sebanyak –banyaknya. Dalam memperebutkan anggota juga sebagai perebutan basis ekonomi. Hasil Penelitian yang di lakukan oleh E. Probo dia mengambil contoh SH Terate (2002 :6 makalah diskusi),untuk satu kali pelantikan setiap bulan Sura [bulan pertama dalam kalender Jawa], Terate melakukan pelantikan sejumlah 1000-2000 anggota baru, jika satu anggota membayar 700 ribu rupiah, maka uang yang akan masuk ke organisasi dalam satu tahun adalah 700 juta hingga 1,4 milyar rupiah!!! Jumlah yang fantastis. Ini menarik sekali, sebuah organisasi silat dengan jumlah anggota 35.000 orang dan pemasukan 700 juta hingga 1,4 milyar rupiah per tahun.. Maka bila salah satu perguruan silat menguasai satu daerah maka dengan sekuat tenaga akan mempertahankan,karena di situlah eksitensi sebuah perguruan silat di pertaruhkan di lain itu mereka juga tidak mau kehilangan basis ekonominya. Penutup Konflik Identitas antara SH Winongo dan SH Teratai yang di mulai dengan klaim kebenaran tentang pemegang teguh ajaran ke SH an sekarang mulai merebak pada perebutan basis ekonomi serta di manfaatkanya kelompok silat sebagai penyokong parpol tertentu. Di lain sisi masyrakat pun ikut melestarikan adanya konflik tersebut. maka untuk menghindari adanya konflik ideologis yang berkepanjanngan perlu di lakukan tindakan yang tegas oleh aparat kepolisian. Serta pemerintah daerah setempat harus menciptakan media sosial yang lain yang dapat membuat masyarakat keluar dari rutinitas sehari-hari dan terlepas dari berbagai tekanan sosial ekonomi yang selalu menghatui.Selain itu pemerintah daerah harus mempunyai program pembangunan yang berorentasi pada kesejahteraan rakyat.karena kita ketahui hadirnya konflik tersebut tidak lepas dari budaya kemiskinan masyarakat setempat. Di tulis oleh Nashirul Umam Mahasiswa Fisip Unair Dan sekarang aktif di CESPOD(Centre for Ekonomic, Social and Policy Development) Alamat Antropologi Fisip Unair kampus B Jln Dharmawangsa Dalam no 4-5 SBY
http://menkslek.tripod.com/



Sahabat silat

Supaya kita tidak dipermalukan orang lain seperti
tulisan yg sebelumnya , sebaiknya kita semuanya harus
ditelaah dulu jangan "ojo kagetan"," ojo gumunan" "lan
ojo waah".
seperti tulisan ini.
Tentang Iyang Suro sbb:
di Madiun adalah
> dari seorang pendekar bernama Suro (Mbah Suro).
> Konon, sewaktu masih sangat muda Mbah Suro ini
> adalah salah satu prajurit tangguh yang dimiliki
> Pangeran Diponegoro. Setelah Pangeran Diponegoro
> kalah dari Belanda, mbah Suro melarikan diri ke
> Madiun, dan mendirikan sebuah perguruan silat
> sendiri.

Kita bisa dapatkan bukti tertulis tentang sejarah
Iyang Suro ini dan banyak pendekar Setia Hati yang
tahu banyak tentang beliau.
Pernyataan Iyang Suro bekas prajurit Diponogoro, itu
tulisan berlebihan.
Ngabei Surodiwirjo lebih bekennya dipanggil Iyang Suro
pertama berguru di Jombang , Jawa Barat , Batavia,
Sumatra Barat ,Bengkulu dan Aceh Utara sesudah
merantau beliau kembali ke Soerabaja menjadi Politie
Belanda berpangkat Mayor .Pada tahun 1903 merangkum
semua permainan yg pernah dipelajarinya dan diberi
nama Joyo Gendilo sesudah itu silatnya di ganti nama
Sdulur Tunggal Kecer . sesudah beliau berhenti menjadi
politie Belanda , pindah ke Madiun perguruannya diberi
nama Joyo Gendilo Cipto Mulyo. Yang pada tahun 1917
diganti dengan nama Praudaraan Setia Hati penerimaan
murid pertama dari sekolah Belanda OSVIA(Opleiding
School voor Inlandsche Ambtenaren) dan sekolah
MULO(Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs)
Ini saya dapatkan dari data arsip di Belanda.
Sangat berlawan dengan ceritera diatas yg patriotic
and nasionalis

Ciao

O'ong


seperti
--- "Selamet Syahril (Traincom - HO)"
<selamets@japf...> wrote:

> CMIIW-kalau ada data dan masukan baru (biar kita
> tahu duduk perkara sebenarnya) dan gak ada fitnah,
> ada yang putra madiun?
>
-------------------------------------------------------------------------------------
>
>
http://myquran.org/forum/index.php/topic,16073.0.html
>
> SH Terate adalah perguruan silat legendaris yang
> berperan menyebarkan pencak silat ke berbagai daerah
> (bahkan manca negara). Di pusatnya, Madiun, terdapat
> ribuan pendekar SH terate yang tersebar sampai
> pelosok-pelosok kampung. Bagi pemuda-pemuda di
> daerah Madiun, menjadi anggota SH terate adalah
> tradisi yang mereka laksanakan secara turun temurun.
> Bahkan banyak keluarga yang dari Kakek buyut sampe
> cicit, semua adalah anggota PS SH Terate. Hal ini
> membuat SH Terate sebagai organisasi, cukup disegani
> di kawasan Madiun karena memiliki massa yang sangat
> besar.
>
> Sayang, di Madiun sering terjadi perkelahian massal
> antara anggota SH Terate dan anggota SH Tunas Muda
> (Winongo). Sebenarnya pendiri kedua perguruan silat
> tersebut berasal dari perguruan yang sama. Menurut
> hikayat, asal muasal pencak silat di Madiun adalah
> dari seorang pendekar bernama Suro (Mbah Suro).
> Konon, sewaktu masih sangat muda Mbah Suro ini
> adalah salah satu prajurit tangguh yang dimiliki
> Pangeran Diponegoro. Setelah Pangeran Diponegoro
> kalah dari Belanda, mbah Suro melarikan diri ke
> Madiun, dan mendirikan sebuah perguruan silat
> sendiri.
>
> Perguruan silat ini kemudian berkembang cukup pesat.
> Mbah Suro memiliki banyak sekali murid. Namun
> diantara sekian ratus muridnya, ada dua yang paling
> menonjol. Yang satu kemudian mendirikan perguruan
> silat sendiri di daerah Winongo Madiun, dan kemudian
> di kemudian hari menjelma menjadi SH Tunas Muda.
> Sementara yang satunya meneruskan perguruan silat
> mbah Suro dan kemudian menjelma menjadi SH Terate.
>
> Awalnya, kedua perguruan tersebut saling
> berdampingan dengan damai satu sama lain. SH Winongo
> memiliki pengaruh di daerah madiun kota, sementara
> SH Terate mengakar di daerah madiun
> pinggir/pedesaan. Benih perpecahan dimulai ketika
> antara tahun 1945-1965 an, banyak pendekar SH
> Winongo yang berafiliasi dengan PKI. SH Terate yang
> menganggap ilmu SH (Setia Hati) yang diturunkan oleh
> mbah Suro merupakan ilmu yang berbasis ajaran Islam,
> merasa SH Winongo mulai keluar dari jalur tersebut.
>
> Perselisihan semakin menjadi-jadi antara tahun
> 1963-1967, dimana banyak pendekar dari kedua
> perguruan yang terlibat bentrok fisik dalam
> peristiwa-peristiwa politik. Meski banyak anggotanya
> yang berafiliasi kiri, namun secara organisasi SH
> Winongo tidak terlibat dalam aktivitas kekirian
> tersebut. Hal inilah yang kemudian menyelamatkan
> perguruan silat ini dari pembubaran oleh pemerintah.
>
> Setelah masa pembersihan anggota PKI yang
> berlangsung antara tahun 1967-1971 di daerah Madiun,
> SH Winongo sedikit demi sedikit mulai kehilangan
> pamornya. Puncaknya, pada era 1980-an bisa dikatakan
> perguruan silat ini dalam keadaan mati suri. Konon,
> banyak pendekar SH Terate yang berperan sebagai
> eksekutor para anggota PKI (termasuk beberapa
> pendekar SH Winongo yang terlibat PKI) di kawasan
> Madiun. Hal inilah yang kemungkinan memicu dendam
> pendekar SH Winongo yang non-PKI tapi merasa
> memiliki solidaritas pada kawan-kawannya yang
> dieksekusi tersebut.
>
> Entah kebetulan atau tidak, seiring dengan munculnya
> PDI sebagai kekuatan politik yang cukup kuat pada
> era 1990-an, pamor SH Winongo sedikit demi sedikit
> mulai naik kembali. Banyak pemuda dari kawasan
> perkotaan Madiun yang masuk menjadi anggota SH
> Winongo. Madiun kota sendiri merupakan basis PDI
> yang cukup kuat. Sementara Madiun kabupaten
> merupakan basis NU dan Muhammadiyah. Banyak yang
> mengatakan bahwa situasi tersebut mirip dengan
> situasi di zaman '60-an, dimana PKI berkuasa di
> Madiun kota dan NU berkuasa di Madiun Kabupaten.
>
> Seiring dengan perkembangan tersebut, mulai sering
> terjadi perkelahian antar pendekar di berbagai
> pelosok Madiun. Perkelahian yang juga melibatkan
> senjata tajam tersebut tak jarang berakhir dengan
> kematian salah satu pihak. Pada waktu itu, Madiun
> bagaikan warzone para pendekar silat (termasuk
> dengan senjata tajam dan senjata lainnya). Di
> berbagai sudut kota dan kampung terdapat grafiti
> yang menunjukkan identitas kelompok pendekar yang
> menguasai kawasan tersebut. Pendekar SH Terate
> menggunakan istilah SHT (Setia Hati Terate) atau TRD
> (Terate Raja Duel) untuk menandai basisnya.
> Sementara SH Winongo menggunakan istilah STK, yang
> kemudian diplesetkan menjadi "Sisa Tentara Komunis",
> untuk menandai kawasan mereka.
>
> Pada kurun waktu 1990-2000, STK mengalami
> perkembangan jumlah anggota yang sangat pesat. Desa
> Winongo sebagai markas besar mereka, pada awalnya
> masih mudah diserang oleh pendekar SHT dari wilayah
> tetangga. Namun karena kekuatan mereka yang semakin
> besar membuat Winongo menjadi untouchable area.
> Hampir seluruh pemuda dan lelaki di desa ini menjadi
> anggota STK yang militan, sehingga penyerbuan SHT ke
> wilayah ini menjadi semakin sulit dilakukan.
>
> STK menggunakan taktik populis dalam merekrut
> anggota baru. Mereka masuk ke SMP dan SMU di kota
> Madiun dan menawarkan status pendekar secara instan
> kepada pemuda-pemuda yang mau bergabung. Sementara
> untuk meraih status pendekar di SHT, persyaratannya
> cukup berat dan memakan waktu cukup lama. Tawaran
> menjadi pendekar instan tersebut tentu saja mendapat
> sambutan yang besar dari para pemuda yang belum
> mengetahui esensi sebenarnya sebuah panggilan
> "pendekar". Di Madiun, menjadi pendekar adalah
> sebuah kehormatan yang diimpi-impikan para pemuda.
> Predikat pendekar menjadi sangat elit karena harus
> dicapai dengan susah payah. Seorang Pendekar
> dipastikan memiliki kemampuan silat dan fisik yang
> prima, serta pemahaman agama yang dalam.
>
> Akibat taktik populis yang dilakukan STK, kode etik
> pertarungan antar pendekar yang selama ini terjaga,
> sedikit demi sedikit mulai pudar. Anak-anak muda
> yang naif (pendekar instan) mulai menggunakan
> cara-cara yang kurang etis dalam berkelahi. Misalnya
> mereka mengeroyok lawan, menculik lawan di rumah,
> tawuran (lempar-lemparan batu), menyerang dari
> belakang, dan cara-cara yang tidak terhormat
> lainnya. Awalnya pendekar-pendekar SHT yang memegang
> teguh kode etik pertarungan pencak silat, masih
> berupaya sabar. Namun, akhirnya mereka kehilangan
> kesabaran setelah korban di pihak mereka mulai
> berjatuhan.
>
> Tercatat, terjadi beberapa kali pertarungan yang
> memakan korban jiwa akibat tindakan yang tidak
> sportif. Pernah terjadi kasus dimana dua orang
> pendekar yang sedang berboncengan sepeda ontel, di
> tebas dari belakang oleh lawan bersepeda motor
> dengan menggunakan clurit. Kemudian ada juga kasus
> seorang pendekar yang sedang menggarap sawah,
> ditebas dari belakang oleh lawannya dengan
> menggunakan pacul.
>
> Kejadian-kejadian tersebut merupakan gambaran betapa
> etika pertarungan sportif satu lawan satu yang
> selama ini dipegang erat oleh para pendekar, mulai
> pudar.
>
> Cikal bakal dua perguruan silat terbesar di Madiun,
> SH Terate dan SH Winongo, adalah sebuah perguruan
> pencak silat puritan bernama SH Putih. SH Putih
> didirikan oleh seorang pendekar silat bernama Mbah
> Suro pada tahun 1903. Mbah Suro adalah seorang
> pengembara, dia telah melanglang buana sampai ke
> Tiongkok dan India untuk mempelajari berbagai ilmu
> bela diri.
>
> Setelah merasa cukup ilmu, Mbah Suro pulang ke tanah
> kelahirannya, dan mendirikan sebuah perguruan pencak
> silat tanpa nama. Berdasarkan ilmu yang
> didapatkannya selama mengembara, ia mengembangkan
> jurus-jurus silat baru yang kemudian membawa
> pembaharuan dalam ilmu beladiri asli nusantara ini.
>
> Setelah Mbah Suro meninggal pada tahun 1923,
> terdapat dua orang muridnya yang berebut pengaruh
> untuk menjadi pimpinan perguruan silat tersebut.
> Perebutan ini kemudian berakibat pada terpecahnya
> mereka ke dalam dua kubu. Kubu pertama kemudian
> mendirikan perguruan silat baru bernama Setia Hati
> Winongo (Kenanga), dan kubu yang lain mendirikan
> Setia Hati Terate (Teratai). Perebutan tersebut
> akhirnya tereskalasi menjadi konflik terbuka, ketika
> masing-masing perguruan tersebut sudah memiliki
> banyak pengikut. Konflik masih terus terjadi sampai
> hari ini, dengan dinamika yang berbeda, sesuai
> dengan perkembangan jaman.
>
> Sementara, SH Putih kemudian menutup diri karena
> tidak mau terlibat dalam perseteruan antara
> keduanya. Sampai saat ini SH Putih masih ada, dan
> yang diperbolehkan menjadi murid di perguruan silat
> ini hanyalah anggota keluarga dan keturunan Mbah
> Suro saja. SH Putih menjadi semacam dewan guru
> besar, untuk menentukan apakah seorang pendekar dari
> SH Winongo dan SH Terate yang telah mencapai level
> tertinggi bisa naik tingkat atau tidak (dalam karate
> istilahnya DAN I, DAN II, dst, untuk sabuk hitam).
> Saat ini pendekar dengan tingkat tertinggi (Tingkat
> III) masih dipegang oleh pendekar dari SH Winongo.
> Sementara dari SH Terate belum ada (Paling tinggi
> Tingkat
=== message truncated ===


O'ong Maryono
73 Soi Thonglor 19, Khlongtan-Nua, Wattana,
Bangkok 10110
Thailand.
Mobile Phone: +6641058853

E-mail:oong53@yaho...
www.kpsnusantara.com

http://www.opensubscriber.com/message/silatindonesia@yahoogroups.com/6577925.html

2 comments:

  1. cerita yang terlalu di dramatisir
    jangan mengarang ngarang cerita yang belum tentu kebenarannya. Oong...anda baru dengar dari mulut ke mulut dan kebenaran itu belum tentu sepenuhnya benar...,dan anda jangan mengarang cerita yang memojokkan salah satu perguruan di antara ke dua perguruan besar tersebut.

    ReplyDelete
  2. asss wr wb, saya kira konflik jg terjadi di PSH, kapan mau di Ekspos??sudah lupa kongres 2005, sudah lupa kenapa jogja Walk Out? sudah lupa kenapa Tangerang dan Jakarta memilih pisah dari PSH???introspeksi diri lah,. persaudaraan jangan dirusak oleh ambisi semata, jauh lebih arif kalau kita mau memahami dan menyelesaikan konflik dengan kepala dingin, dengan musyawarah, bukannya kita semua saudara,..tolong introspeksi dirilah PSH, jangan terbawa nafsu,..becik ketitik, ala ketara,. aja ngerasa bisa, ning mbok ya bisa ngerasa,.
    wass wr wb.

    ReplyDelete