Monday 5 May 2008

HUKUM KARMA

Saudaraku,kadhang setia hati...di seluruh penjuru mata angin

Dalam kehidupan di dunia fana ini,kita dari SETIA HATI mengenal apa yang dinamakan HUKUM KARMA.atau hukum sebab akibat.percaya atau tidak !namun memang susah untuk dipungkiri bahwa ketika kita berbuat sesuatu entah itu yang baik atau yang buruk,maka kita akan segera mendapatkan dampaknya.suatu contoh ringan saja bahwa ketika kita berbaik hati berprilaku ramah dan resposif kepada tetangga kita,maka kelak dikemudian hari saat kita sendiri dalam kesusahan secara tidak langsung mereka juga akan dengan cepat membantu kita baik dari segi moril maupun materiil.coba bandingkan dengan apabila kita bersikap acuh tak acuh dan tidak peka dengan lingkungan sekitar,maka saat kita membutuhkan bantuan ,mereka secara otomatis juga enggan memberikan pertolongan kepada kita.Suatu hukum tarik menarik,atau sebab akibat.
saudaraku kadhan setia hati...marilah kita fahami dengan pemikiran yang jernih dan kemudian menerima dengan hati yang ikhlas,suatu HUKUM yang memang sejak dulu telah diyakini BENAR ADANYA.namun tulisan ini mencoba untuk bersikap netral dengan tidak berkiblat pada satu agama.tulisan ini mencoba untuk menggali dari berbagai referensi yang ada tentang makna HUKUM KARMA.Yang didalam dunia KEPENDEKARAN memang diberlakukakan.sekali lagi tulisan ini selalu berlandaskan cara fikir dan tindak tanduk seorang PENDEKAR.

referensi pertama tentang HUKUM KARMA kita dapatkan dari situs :http://indonesia.siutao.com/tetesan/
betapa_ngerinya_tidak_percaya_hukum_karma.php

Betapa Ngerinya Tidak Percaya Hukum Karma

Oleh: Heng-Heng

Jaman modern sekarang ini, banyak orang mulai lagi tidak percaya Hukum Karma / Hukum Sebab Akibat, mereka tidak menyadari, bahwa anggapan itu akan meninggalkan banyak malapetaka di masyarakat.

Di dalam surat kabar, majalah-majalah, hampir setiap hari dimuat berita-berita yang kurang menyenangkan, misalnya: pembunuhan, perampokan, penipuan, perkosaan, dll. Bisa diduga, yang berani berbuat demikian itu, pastilah orang-orang yang tidak menyadari adanya hukum karma, sehingga mereka tidak takut-takut dan berani menyerempet bahaya.

Seseorang yang menyadari keberadaan hukum karma, tentu saja tidak akan mau dan berani berbuat yang sedemikian jahat itu, karena mereka takut di kemudian hari akan tertimpa hukum karma dan menyusahkan dirinya sendiri. Tetapi bagi orang yang tidak percaya hukum karma, maka dia akan tidak peduli, dan tidak takut berbuat yang jahat-jahat karena tidak percayanya dengan hukum karma / pembalasan, dan mengganggap hukum karma itu tidak ada, jadi kalau berbuat sesuatu tentu saja dengan sadis, yang diutamakan hanyalah keuntungan hari itu saja, tidak memikirkan yang akan datang.

Andaikata semua umat manusia begitu pemikirannya, apakah tidak kacau dunia ini?

Bila orang yang tidak percaya hukum karma / pembalasan itu makin banyak, maka masalah di masyarakat akan makin banyak dan makin runyam.

Orang yang sangat meyadari adanya hukum karma, tidak akan merugikan dan menyakiti orang lain, karena mereka tahu bahwa semua itu ada perhitungannya tersendiri dan ada balasannya tersendiri, berbuat jahat itu pada akhir sama juga dengan menyakiti dan seakan menelan pil pahit bagi diri sendiri.

Bila kita semua tidak menyakiti dan merugikan orang lain dan tidak mau berbuat jahat, maka tentulah sudah damai di dunia.

Juga orang yang menyadari, mengerti / percaya hukum karma itu biasanya mempunyai sifat mengalah, karena mereka mengerti, mengalah itu juga ada manfaatnya di kemudian hari, apalagi mereka sedang memupuk juga moralitas yang tinggi untuk dirinya.

Ingat, menanam apa akan menuai apa!
Itu sudah pasti!


Referensi berikutnya dari:
http://www.kafemuslimah.com/article_detail.php?id=895


hukum karma itu sebenarnya adalah salah satu dari bagian ajaran agama Hindu dan Budha. Islam sama sekali tidak mengenal istilah karma.

Dalam ajaran Hindu dan Budha, setiap yang berdosa atau melakukan kesalahan maka kesalahan itu menurut mereka akan menuntut pembalasan di masa yang akan datang. Bisa menimpa diri sendiri, bisa juga anak atau cucunya. Artinya, dosa atau kesalahan itu tidak akan termaafkan sampai diri sendiri menebusnya dengan menerima pembalasannya secara langsung atau bahkan dengan pembalasan yang lebih hina (yaitu lahir kembali tapi dalam tubuh binatang, bukan dalam tubuh manusia).

Islam, adalah agama yang penuh dengan rahmah. Betul setiap orang pernah melakukan dosa dan bahkan punya kesalahan. Tapi, pintu untuk meminta maaf dan bertobat senantiasa terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin memperbaiki diri ke arah yang lebih diridhai Allah.

�Katakanlah, “Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.� (Qs Az Zumar: 53)

�Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.� (Qs Ani Nisa:48)

�Sesungguhnya jika seorang hamba mengakui dosanya, kemudian bertaubat maka Allah menerima taubatnya.� (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Hanya saja, tentu saja setiap usaha itu biasanya akan diuji. Buat tahu, “ini bener-bener mau tobat atau cuma gertak sambel doang nih tobatnya?�. Ujiannya bisa bermacam-macam, tapi output (hasil yang diharapkan) cuma satu, masih bisa apa nggak nih si fulan atau fulanah ini bersabar dan bersyukur menghadapi cobaan tersebut (artinya, dia akan dilihat apakah setelah dimaafkan, lalu ketika datang ujian hidup berikutnya dia akan tetap ingat Allah atau malah justru meninggalkannya? Jangan-jangan cuma ingat pas lagi sedih ajah, terus nanti pas lagi senang bak kacang lupa pada kulitnya lagi?).

Referensi berikutnya dari:
http://www.mail-archive.com/indonews@indo-news.com/msg04781.html


Hukum Karma adalah hukum sebab akibat yang pada
hakekatnya adalah bahwa suatu peristiwa tidaklah berdiri
sendiri tapi adalah akibat dari suatu peristiwa ataupun
perbuatan sebelumnya. Dalam bahasa Jawa ada
peribahasa yang mengatakan 'becik ketitik, ala ketara'
yang artinya perbuatan baik ataupun buruk pada suatu
saat akan ketahuan yang bila kita kaji lebih lanjut adalah
suatu penjabaran dari hukum karma yang bisa diartikan
apabila kita ingin mendapatkan 'akibat' hasil yang baik,
kita harus berbuat 'sebab' yang baik. Sebaliknya apabila
perbuatan kita buruk atau telah melakukan 'sebab' yang
buruk 'akibat'-nya tentu akan buruk.

Hukum Karma buat penulis adalah sesuatu yang sangat
logis, biarpun dari sudut pandang 'spiritual' agama bisa
menjadi suatu yang sangat komplek disebabkan oleh
suatu peristiwa tidak begitu saja bisa dilihat akar sebab
akibatnya dikarenakan keterbatasan analisa kita,
ataupun keterbatasan kita dalam menggali informasi
dari perbuatan seseorang dimasa yang lalu yang tidak
sepenuhnya kita ketahui, untuk bisa menyimpulkan
seseorang tertimpa malapetaka ataupun kebahagian
se-mata2 akibat logis dari perbuatan masa lalunya.
Karena itu 'hukum karma' lebih efektif dijadikan sarana
intropeksi mendalam dalam diri sendiri, karena hanya
diri kita sendiri yang tahu perbuatan kita dimasa yang
lalu apakah itu baik atau buruk yang bisa mengakibatkan
malapetaka ataupun kebahagiaan.

Adalah lebih mudah untuk menjelaskan Hukum Karma
dengan beberapa contoh cerita Mahabharata dan
Pewayangan (ini bisa dimengerti karena Hukum Karma
berasal mula dari pengaruh agama Hindu dan Budha
yang mengenal reinkarnasi - dilahirkan kembali.
Sedangkan agama Islam tidak mengenal Hukum
Karma yang dikaitkan dengan reinkarnasi tapi lebih
pada sebab akibat perbuatan seseorang akan terjadi
pada masa kehidupannya didunia dan lebih jauh
kemudian diakhirat nanti).

Penulis akan mengambil cerita dari kehidupan sebab
akibat dari riwayat Dewi Drupadi sebagai contoh Hukum
Karma secara individu atau perorangan dan Riwayat
BangsaYadawa (kerajaan Dwarawati yaitu dengan rajanya
Sri Kresna - titisan Wisnu) sebagai contoh Hukum Karma
kelompok suku atau bangsa.

Riwayat Dewi Drupadi:

Dalam Mahabharata Dewi Drupadi diceritakan bersuami
lima yaitu kelima Pandawa Lima. Dalam Pewayangan
dikarenakan budaya Jawa tidak mengenal polyandri
diceritakan sebagai istri Puntadewa/Judistira saja.
Pandawa Lima itu sendiri putera Pandu raja Hastinapura
dengan urutan dari yang paling sulung : Puntadewa,
Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Dikisahkan Dewi
Drupadi mengalami sebab-akibat dalam riwayat
kehidupanya sebagai berikut :

Sebab : Diceritakan pada suatu saat Pendawa berhasil
mendirikan kerajaan Amarta atau Indrapasta dengan
istana yang sangat megah dan dalam peresmiannya
mengundang para Kurawa - saudara sepupu sekaligus
seteru dari Pendawa yang berjumlah seratus - untuk
melihat-lihat keindahan istana dan sangat membuat
kagum tapi juga rasa iri dari para Kurawa. Pada saat
Duryudana sedang melihat-lihat keindahan taman yang
begitu indah, dia tidak menyangka bahwa kaca yang
begitu bening ternyata adalah kolam sehingga dia
menginjak dan terperosok masuk kedalam air. Dewi
Drupadi yang melihatnya tidak tahan untuk tertawa.
Sebagai raja Hastinapura pada saat itu Duryudana
merasa sangat malu ditertawakan oleh Dewi Drupadi
dan dalam hatinya menimbulkan rasa dendam.

Akibat : Sekembalinya ke Hastinapura, timbul niat
jahat dari Duryudana untuk mengakali para Pandawa
agar bisa merebut negara Amarta / Indrapasta dengan
bantuan pamannya Patih Sengkuni dengan cara
mengundang Pandawa bermain dadu. Dikarenakan
Puntadewa memang senang main dadu, tanpa
menaruh curiga undangan bermain dadu dipenuhi.
Dengan kelicikan Patih Sengkuni akhirnya Puntadewa
dikalahkan yang pada akhirnya semua kekayaannya,
istananya, kerajaannya, bahkan adik2-nya, sampai
akhirnya bahkan istrinya Dewi Drupadi ikut dipertaruhkan
dan dikalahkan dimeja judi. Pada saat Pandawa sudah
tidak punya apa2, karena sudah dikalahkan dimeja judi
para Kurawa menjadi sangat gembira dan lupa diri. Pada
saat itu Duryudana teringat pada saat dipermalukan oleh
Dewi Drupadi ketika berkunjung keistana Amarta dan
meminta adiknya Dursasana mengambil Dewi Drupadi
yang maksudnya akan dipermalukan didepan umum
karena sudah menjadi milik mereka. Tentu saja Dewi
Drupadi tidak mau datang ketempat perjudian, tapi diseret
oleh Dursasana dengan cara menyeret rambutnya yang
terurai karena sedang haid. Sesampainya ditempat
perjudian Durjudana mengundang Dewi Drupadi untuk
duduk dipangkuannya. Tentu saja Dewi Drupadi tidak mau
menuruti kehendak Duryudana, oleh karena itu Duryudana
memerintahkan Dursasana menelanjangi Dewi Drupadi.
Dewi Drupadi kemudian berdoa memohon pertolongan
dewa Wisnu, dan atas pertolongannya setiap kali kain
dari Dewi Drupadi tertanggal didalamnya selalu ada
lapisannya, sampai kain-nya ber-tumpuk2 dan Dursasana
kelelahan tanpa berhasil menelanjangi Dewi Drupadi
yang akhirnya sadarlah semuanya bahwa Dewi Drupadi
mendapat perlindungan dewata (Note: Untuk yang pernah
menyaksikan serial TV Mahabharata produksi India,
episode yang melukiskan babak kisah ini sangat bagus
dilukiskan didalamnya dan sangat mengharukan) .

Peristiwa ini menyebabkan, sebab yang lain :

- Bima/Werkudara bersumpah akan meremukkan paha
Duryudana karena lancang meminta Dewi Drupadi duduk
dipangkuannya.
- Werkudara juga bersumpah akan menghirup darah
Dursasana karena perlakuan yang tidak senonoh dari
Dursasana terhadap Dewi Drupadi..
- Dewi Drupadi bersumpah tetap akan menguraikan
rambutnya dan tidak akan menyanggulnya sampai
dengan dicuci dengan darah Dursasana karena
perlakuan yang diluar batas kesopanan dari Dursasana.

Dan sumpah tersebut terlaksana pada saat terjadi perang
Bharatayuda - yaitu perang saudara besar antara
Pandawa dan Kurawa yang sesama keturunan Bharata.
(Note : Mahabharata adalah epos kepahlawanan yang
peperangan sebagai simbol kebenaran melawan kebatilan
adalah sebagai cerita sentralnya. Cerita Mahabharata
sendiri ditulis beberapa abad sebelum Masehi, jadi nilai2
yang bersifat 'barbarian' masih ada didalamnya seperti
apa yang dilakukan oleh Werkudara kepada Dursasana
dalam peperangan - tentunya tidak bisa diterima sebagai
nilai-nilai kemanusiaan pada saat ini)

Riwayat Bangsa Yadawa.