Wednesday 25 March 2009

SH iku SIJI ,Siji iku TUNGGAL, tunggal iku ESA


SH itu Satu .., Satu itu Tunggal.. , Tunggal itu Esa ..Diri saya adalah diri kamu,cahayamu adalah cahayaku,..kamu adalah saudaraku ,kamu adalah aku,Satu ..Siji ..Tunggal nggak ada pemisahnya.Apa yang ingin kamu ketahui tentang SH Jika kamu niat dari hati yang paling dalam ..maka aku sudah berkewajiban untuk menyampaikannya kepadamu.. hingga kamu faham dan mengerti ,lalu memperbaiki prilakumu ,hingga kamu bergerak seperti "JURUS" : JUJUR dan LURUS ..


Manusia ketika baru dilahirkan ,keluar dari rahim ibu adalah sudah SH,manusia yang baru dilahirkan itu suci,menjadi orang SH itu suci lahir tumusing bathin.
Orang SH yang ber-SH akan mengerti bahwa manusia ada dimana mana dan takkan kemana mana.Orang SH tidak perlu polah atau bertingkah untuk menunjukkan SH nya ,SH itu tidak kelihatan tapi ada,SH itu ada tapi tidak kelihatan.SH bukan gambaran ,tapi SH adalah Perjalanan..
orang SH itu mengerti Jurus:jujur dan Lurus,tidak "ngawur".orang SH itu tidak bisa apa apa,tapi jika ALloh menghendaki jangankan sesama manusia,Gunung pun jika ALloh menghendaki maka akan runtuh.Karena berdirinya orang SH juga berdirinya Alloh,segala perbuatan kita adalah untuk Alloh "sholatku,ibadahku,hidup dan matiku adalah karena dan untuk Alloh"..karena orang SH ,selalu "ngiket rosoning bathin sak durunge di ucapno "mengikat rasa bathin sebelum di ucapkan,artinya segala perbuatan buruk atau baik,ketika itu masih dalam bathin pun ,Alloh telah tahu,hati hatilah dengan bathinmu...,kita bisa saja membohongi orang lain,tapi tidak dengan Alloh,karena suatu saat kebohongan itu pasti akan di buka oleh Alloh.
Marilah saudaraku; kita pegang apa yang telah di wasiatkan Eyang Soero "saat aku telah tiada nanti,semua orang SH adalah satu ,saudara,tidak ada perbedaan."
kadhang pendekar SH, saya adalah anda..anda adalah saya ,saya dan anda adalah tunggal ,satu ,Esa,dalam SH.mari kita saling mengingatkan..dengan prinsip :tidak ada yang harus diperdebatkan untuk mencari Ke AKUAN..,si hebat ..yang murni ada dalam keyakinan bersih Hati orang SH yang ber SH.insyaalloh tulisan ini membantu mewujudkan Persaudaraan .amiien

Thursday 19 March 2009

PERSAUDARAAN MENEMBUS DIMENSI RUANG DAN WAKTU



Oleh : Ary Sakty (Sh Terate 96 Tulungagung-East Java)

Tulisan ini merespond sms yang telah dikirimkan oleh seorang saudara dari SH xxx .

Kadhang saya dari SH xxx menanyakan tentang apa maksud dan tujuan saya mendirikan padepokan?apakah saya hendak mendirikan Perguruan baru?Kenapa saya merubah Lambang SH Terate?apakah saya tidak menyukai lambang SH Terate yang selama ini sudah ada?dan dengan cara yang seperti apa saya akan menyatukan SH ?Padahal menurut kadhang saya ini ,para sesepuh pada tahun 1986 pernah mengakui bahwa tidak ada manusia yang sempurna,tetapi beliau beliau ini tetap mengakui bahwa SH nya lah yang paling baik dan benar.

Salam Persaudaraan ,

Terimakasih untuk kadhang yang telah mengirimkan SMS tersebut pada nomber saya yang memang sengaja saya pasang pada website ini dengan tujuan mengumpulkan informasi dari para kadhang pendekar.




*Saya akan mencoba untuk menjawab dan memberikan penjelasan yang saat ini masih berada pada relung hati sebagai Niat.Sebelumnya saya permisi kepada beliau beliau para sesepuh SH, dimanapun "panjenengan"berada.Kepada para kadhang pendekar SH,saya tidak bermaksud "melancangi"system yang telah di rumuskan oleh masing masing SH,apalagi menggurui lewat tulisan.saya hanya satu dari sekian kadhang pendekar di luar sana,yang terusik dengan fakta di lapangan ,bahwa "perkelahian"itu dilakukan oleh anak SH a,"penjarahan "itu dilakukan oleh SH b, sementara SH c adalah "pengecut".dimana mana SH,di tembok tembok tepi jalan ada GRAVITY SH, dan masih banyak lagi yang lain fakta diluar sana "terbungkam""terbekukan".Atau akhrinya muncul juga jagoan jagoan "neon"dengan kaos dan jaket berlogo SH "tebar pesona".Sebagai seorang anak muda yang "culun"dan berpendidikan minim ,saya juga pernah sangat bangga apabila memakai kaos berlogo SH.ini bentuk SEnse of Belonging saya terhadap Organisasi yang telah mencetak seorang lelaki lugu,menjadi berotot,ya saat itu saya senang karena saya bisa "tendangan" ,pukulan,bantingan,tapi saya tidak pernah kepengen bisa memecah es batu atau balok beton bahkan saMpai nggak mempan senjata tajam,karena saya tidak butuh semua itu.Yang saya butuhkan adalah saat itu sebagai pemuda culun,dengan pertanyaan dan kesan yang sangat "Mendasar"..Seperti apa ya rasanya jadi Pesilat? seperti apa ya rasanya bersabuk kain putih mori?bagaimana ya rasanya memiliki gelar pendekar? itu saja.

Dan ternyata semua pertanyaan saya itu,jawabannya" tidak sederhana "!..saya hanya orang yang sedikit sekali mengerti apa itu SH ? sungguh ilmu yang tidak pernah ada habisnya dengan sejarah perguruan yang panjang dan misterius.

Tapi untuk Ilmu SH dan sejarah yang sebenarnya tentang SH,itu menjadi observasi dan lelaku di lain waktu.nanti saya juga akan berbagi lewat weblog ini .Sekarang saya hanya ingin bebas menulis dengan keterbatasan Fakta dan referensi,saya masih mengandalkan kesimpulan atas pemahaman yang segini gini aja,saya hanya akan berbicara oleh "khayalan" atau "impian" dan "berandai andai " saja ,bagaimana ya jadinya jika SH itu bersatu ? itu saja ,saya tidak berani melampaui mimpi dan angan angan saya.saya hanya mampu berangan angan bagaimana SH jika cuma satu aja,SH ,...SH ..SH ....bukan a b c x y z...

saya berfikir jika SH cuma satu ,maka arogansi bisa diperkecil,fitnah lebih bisa di jauhi, dan adigang adigung adiguna bisa cepat di maknai. maaf istilah istilah ini sebatas pengetahuan saya.

jika SH menyatu,maka arus bawah atau gerakan bawah tanah yang mengatasnamakan gambar SH padahal "mungkin " ajaran keilmuannya beda atau istilahnya "NUMPANG BEKEN' itu bisa tidak terjadi.
bisa jadi SH dan keilmuannya menjadi MUTIARA indah dan sangat EKSKLUSIF dari jaman ke jaman.

apakah SH tidak lagi eksklusif? saya hanya bisa menjawab" relatif" " tergantung" tapi "pasti".

apa pentingnya SH memiliki kesan eksklusif? saya hanya mampu menjawab "penting"karena tidak akan yang berani coba coba melanggar "sumpah pendekar" dan kemungkaran bisa di perkecil.

jadi dengan terskat skatnya SH ,menurut "pemikiran sederhana "saya ,adalah menimbulkan system atau cara penyampaian keilmuan yang beragam.tapi muaranya tetap satu ,menuju apa yang dimaksud dengan tujuan Guru Besar"pencipta SH'' Ki ageng soerodiwiryo.Muara nya seperti apa? sampai saat saya menulis ini saya masih melakukan observasi,maaf.

kembali ke pertanyaan di sms dari kadhang pendekar"bagaimana cara anda melakukan penyatuan SH" ?

jawab : saya saat ini hanya mampu menulis.menuangkan impian.tindakan permulaan saya berusaha membagi nomer hp saya ke saudara saudara SH manapun untuk bertukar informasi. hasilnya saat ini saudara saudara dari SH Tunas muda winongo juga sangat terbuka pada saya,sangat baik merespond tulisan saya di website atau di sms,saudara saudara di Terate juga berfikir hal yang sama,mereka positif menindaklanjuti "perbuatan"saya ini.saya sekarang mengharapkan saudara saudara dari SH Organisasi dan PSH di jakarta dan kroya untuk merespond tulisan saya ini ,mencatat nomer hp dan menghubungi saya.

jadi bisa saja mimpi saya saat ini hanya sebatas mengumpulkan saudara sebanyak banyaknya,hingga perbedaan yang selama ini menjadikan berita berita tak sedap setiap jelang bulan muharam,pelaku pelakunya akan jera dan sadar sendiri,bahwa semua itu sangat "nggak penting" semua itu bukan cara KSATRIA,bukan pemikiran PANDHITA,dan jauh dari ilmu sejati nya para BRAHMANA.



Bahwa memang telah menjadi tujuan kami untuk sebisa mungkin membuktikan makna “Persaudaraan”dalam arti yang luas tanpa dibatasi oleh prinsip sekalipun.

Jika memang SH a ,SH b,dan SH c, telah memiliki prinsip sendiri sendiri dalam menterjemahkan ajaran yang didapat dari Eyang Suro,itu kami sebut sebagai wujud “kreatifitas” dari seorang murid atas apa yang telah di ajarkan oleh gurunya . Dengan tingkat kecerdasan secara IQ,EQ,dan SQ ,pasti beliau beliau ini “sadar” bagaimana ,kemana,dan mau di apakan SH ?

Contoh : Jika dalam ruang kelas yang di huni oleh banyak siswa,pasti mereka ini akan bersaing untuk menunjukkan prestasi nilai yang sebagus mungkin kepada sang guru.para siswa akan berimprovisasi,berdialog dengan guru,angkat tangan melempar pertanyaan ,bahkan berdebat sekalipun dengan sang guru.

Dan rupa rupanya ,perdebatan sengit ini diterima dengan “dangkal”hingga dari generasi ke generasi .tak ayal lagi ,senam jurus dan pukulan serta tendangan yang telah di dapatkan selama menimba ilmu dari sang guru ,akhirnya dijajal juga untuk berantem sesama saudara seperguruan.Kami melihat semua ini sebagai bentuk “kreatifitas”dan improvisasi yang kebablasan,mungkinkah karena kita hidup di Indonesia yang didominasi oleh energi negatif akibat krisis ekonomi.apa yang terjadi? Kesenggol sedikit aja “prak”,apalagi kalau bicara hingga masuk wilayah prinsip ke akuan ‘wah wah bisa bisa nyawa jadi taruhan.

Kami meyakini ,bahwa Eyang suro tidak pernah dengan sengaja menciptakan konflik turunan ini.Beliau tentu tidak main main merumuskan gerak langkah jurus dan olah bathin .tapi kalimat “tidak main main”menjadi salah artinya jika harus mengkultuskan seorang guru besar.

Melacak kebenaran SH mana yang murni ?tetap saja bermuara pada rahasia bathin Eyang Suro.Ilmu mana yang sejati? Tetap saja kembali pada sang Khalik .

Akhirnya perdebatan tetaplah menjadi perdebatan akan tetapi kami mendukung semua ini sebagai bentuk kreatifitas positif.Tanpa menghilangkan nyawa saudara.Jika harus bertarung karena prinsip ,itu indah jika dimaknai sebagai “ sabung rasa” dalam arena pertandingan.

Rahasia kebenaran ilmu SH eyang suro,dimanifestasikan dalam bentuk “Persaudaraan”.kenapa beliau memakai kata SAUDARA? Tentu beliau telah memikirkannya,bahka menerawang dengan kecerdasan bathinnya melihat masa depan,bahwa apa yang telah diberikan kepada murid murid kinasihnya suatu saat nanti akan menimbulkan permasalahan.

SAUDARA,sangat efektif dan efisien untuk menyentuh manusia yang memiliki akal fikiran dan hati nurani.SAUDARA sangat luar biasa untuk membuat SH mampu bertahan dari jaman kejaman.

So…kenapa harus ada permusuhan ,jika perbedaan itu indah ,jika prinsip itu adalah bentuk kesetiaan murid terhadap ke sakralan ilmu dari sang guru ?

Marilah menjadi SAUDARA lahir dan bathin,sekalipun di kotak kotak oleh sebutan SH a, SH b, SH c ,dll .

Keragaman ini indah dan luar biasa,keragaman ini menciptakan leader leader tangguh dalam manajemen organisasi setia hati.

Jika selama ini bermunculan gambar partai,tentu itu juga improvisasi yang membawa visi dan misi.jika kami menampilkan logo Setia Hati yang telah melenceng dari koridor bahkan dengan apa yang telah di rumuskan oleh para pendahulu,kami tidak memiliki maksud dan tujuan pembangkangan atau merubah.

Lambang ini hanya sebatas tanda pengenal dalam linkup kecil yang kami sebut Forum,yang mana di forum ini kami mengundang saudara saudara dari SH a,b,c untuk urun rembug,berbagi pengalaman,dan menciptakan kedamaian dalam bentuk PERSAUDARAAN.jadi kami bukan perguruan baru dari sempalan SH.kami hanya berusaha menterjemahkan luasnya SETIA HATI ,sehingga forum kami berada seimbang di tengah,tidak dominan pada SH yang mana.di logo ini kami mencoba bagaimana agar sekian SH yang ada menyatu dalam satu FORUM PERSAUDARAAN.jadi bukan menyatukan ajaran yang telah di lindungi oleh sumpah.hanya sebatas kata PERSAUDARAAN yang kami satukan.

Semoga tulisan ini mampu menembus hati nurani kadhang pendekar semua ,sehingga terwujud PERSAUDARAAN lahir bathin ,menembus dimensi ruang dan waktu dalam alur hubungan vertical horizontal ,manusia,alam dan Tuhan.amien…

Alangkah indah jika kita tidak menilai itu benar ini salah,tapi mari kita tarik garis lurus PERSAUDARAAN.nantinya generasi yang akan dating ,pasti mampu melihat dan menentukan jalan mana yang terbaik menuju muara nya .karena SH bukan agama.

Saturday 14 March 2009

SAPTA WASITA TAMA:Setia Hati



Persaudaraan Setia Hati merupakan wadah bagi setiap insan yang setia kepada nurani yang bersumber kepada Tuhan YME atas dasar rasa persaudaraan yang kekal.

SAPTA WASITA TAMA:

1. Tuhan menitahkan alam semesta seisinya dengan sabda, sebelum di sabda segala sesuatunya berada pada Yang Menyabda.

2. Setelah alam semesta seisinya disabda, Tuhan menyertai sabda-Nya.




3. Barang siapa melupakan atau meninggalkan As/sumbernya, ia akan tergilas oleh lingkungannya.

4. Barang siapa terlepas atau meninggalkan keseimbangan, ia akan tergelincir karenanya.

5. Barang siapa melupakan awal atau permulaan, ia tidak mungkin akan mencapai akhir (tidak mungkin mengakhirinya).

6. Barang siapa mengakui hasil karyanya sebagai miliknya sendiri, ia akan terbelenggu olehnya.

7. Barang siapa selalu melatih diri untuk dapat merasakan sumber dari rasa, kalau Tuhan Yang Maha Esa memperkenankan,
ia niscaya akan dapat merasakan rasa yang sejati (sejatining rasa), tanpa menggunakan jasad (bakal karasa tanpa ngagem sarira).

Monday 9 March 2009

KERAGAMAN SETIA HATI

BAGAIMANA SAUDARA , MENYIKAPI KERAGAMAN "SETIA HATI" ?











Tuesday 3 March 2009

Sejarah Setia Hati Organisasi



Sebagai organisasi berdiri pada tanggal 22 Mei 1932 di Semarang Jawa Tengah dengan name “Setia Hati” yang merupakan perwujudan ikrar bersama sejumlah khadang SH dari Semarang, Magelang, Solo, Yogyakarta dan lain-lain. Atas prakarsa saudara tua SH “Munandar Harjowiyoto” dari Ngambe, Ngawi-Jawa Timur. Karena terdiri dari sejumlah kadhang SH, maka disebut dengan nama Setia Hati Organisasi (SHO), yaitu orang-orang SH yang berorganisasi. Hadir pada waktu itu 50 saudara SH dan utusan-utusan, antara lain: Suwignyo, Sukandar, Sumitro, Kasah, Karsiman, Suripno, Sutardi, Hartadi, Sayuti Melok (R. Sudarso Wirokusumo, 1979:Stensilan). Karena Ki Ngabei Surodiwiryo tidak dapat hadir dalam undangan tersebut, maka dipilihlah Munandar Harjowiyoto sebagai ketua Mental Spiritual ke-SH-an, tetapi jalan sejarah menjadi lain, ia terpaksa meninggalkan Semarang (kedudukan Pengurus Besar SHO di tahun 1933) untuk merawat ibunya yang sudah tua dan baru ditinggal wafat suami.


Persaudaraan Setia Hati (SHO) didirikan pada waktu benih kebangsaan (nasionalisme Indonesia) mulai tersebar luas dan diresapi oleh rakyat Indonesia, meskipun tidak disenangi oleh kolonialis Belanda. Kegiatan partai-partai yang mencita-citakan kemerdekaan sangat dibatasi bahkan dilarang. Tokoh-tokoh pergerakan yang dianggap membahayakan kekuasaan Belanda di Indonesia, banyak yang di tangkap dan dipenjarakan (dibuang) ke Digul, Irian Barat. Akan tetapi, kaum nasionalis Indonesia tetap berjuang dan bergerak terus-menerus dengan berbagai cara, illegal maupun legal untuk mempersiapkan rakat memasuki fase perjuangan kemerdekaan dengan segala konsekwensinya.

Jikalau parta-partai politik yang terang-terangan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dilarang, maka dicarilah bentuk-bentuk organisasi yang lebih lunak yang tidak dilarang oleh pemerintah kolonialis Belanda, yang tetap dapat memelihara dan makin menyalakan api kemerdekaan yang terdapat di hati rakyat, meskipun secara terselubung. SHO merupakan salah satu bentuk organisasi perjuangan tersebut, suatu organisasi olah raga dan persaudaraan yang masih tidak dilarang, dengan mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang tidak berbau politik

Sebenarnya para pendiri SHO waktu itu, dari hati sanubari mereka bergolak cita-cita politik dan menginginkan kemerdekaan tanah air dan bangsanya. Panca Dharma dan kalimat-kalimat serta rumusan-rumusan yang tercantum dalam Anggaran Dasar SHO dengan rapid an lihai membungkus cita-cita kemerdekaan nasional bangsa Indonesia, sekaligus merintis character dan nation building secara samara (dimata pemerintah kolonial Belanda), akan tetapi jelas dan tegas dihati kaum nasionalis Indonesia.

Karena perjuangan tidak dapat diketahui atau diramalkan kapan akan selesai, maka dituntut keberanian berkorban, keberanian menderita dan kalau perlu juga keberanian bertempur mati-matian, maka warga SHO digembleng lahir bathinnya dan diperlengkapi dengan senjata pencak SH yang tangguh. Bahwa dalam setiap perjuangan diperlukan persatuan yang kokoh & kuat, maka SHO berusaha untukdapat menjadi wadah dan esuh persaudaraan diantara para anggotanya, sehingga jiwa persatuandan rasa bersaudara terjelma akrab. Kiranya tidak tanpa maksud, jikalai para anggota SHO saling memperlakukan diri mereka sebagai “broeders” dan mungkin juga sebagai “wapen broeders” yang terikan erat oleh sumpah mereka masing-masing pada waktu memasuki Persaudaraan Setia Hati, apabila pihak Belanda dapat mencium maksud dan tujuan organisasi-organisasi perjuangan terselubung, semacam SHO waktu itu, maka pastilah SHO tidak akan panjang umurnya. Oleh karena itu, maka untuk masuk dalam Persaudaraan Setia Hati diperlakukan semacam penyaringan yang ketat melalui sistem kandidat yang berat dan lama, sebelum orang tersebut dapat diterima menjadi saudara. Rasa anti penjajahan walaupun tidak diindoktrinasikan, menjiwai para warga SHO. Perjuangan politik secara gerilya yang ditujukan kepada pemerintah kolonial Belanda menjadi pengetahuan umum dan disadari akan bahayanya dikalangan SHO, maka kerahasiaan cita-cita SHO yang sebenarnya harus dijaga dengan penuh kewaspadaan dan kesetiaan. Gerak langkah, perilaku dan budi pekerti tiap warga SHO dapat menjadi jaminan bahwa SHO akan berhasil ikut mengantarkan bangsanya memasuki fase perjuangan kemerdekaan yang dicita-citakan oleh patriot Indonesia.

Sementara itu, permintaan untuk dapat diterima menjadi saudara SH diluar Semarang terus bertambah, antara lain di Mataram Yogyakarta. Juni 1936 di Magelang, Jawa Tengah diadakan “Leiders Conferentie” untuk memurnikan kembali jurus-jurus SH yang mengalami penyimpangan dari aslinya. Tahun 1938 atas hasil musyawarah di Semarang, Pengurus Besar SHO dipindahkan ke Yogyakarta dan Alip Purwowarso dipilih sebagai Ketua.

Sesudah bangsa Indonesia benar-benar memasuki fase perjuangan fisik dalam revolusi kemerdekaan, akibat proklamasi 17 Agustus 1945, maka kerahasiaan perjuangan SHO tidak penting lagi. Suatu fase baru dalam taktik perjuangan, merebut dan mempertahankan proklamasi kemerdekaan, telah pecah menjadi clash bersenjata secara terbuka, para warga SHO menjadilah pejuang-pejuang kemerdekaan, mendharmabhaktikan diri di segala medan perjuangan menurut bakat dan kemampuan masing-masing.

Sesudah rakyat Indonesia mempunyai pemerintahan sendiri yang merdeka dan berdaulat, membangun Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila, perjuangan nasional menjadi makin berat. Revolusi yang multi-kompleks ternyata meminta banyak pengorbanan. Di bidang diplomasi dan militer masih memerlukan waktu bertahun-tahun. Para warga SHO, seperti para warga Indonesia lainnya yang mencintai kemerdekaan dan yang berjuang untuk kelestarian Negara Republik Indonesia, juga mengalami ujian dan tantangan yang sama, merasakan suka dukanya perjuangan di berbagai bidang. Yang selamat berhasil melihat Republik Indonesia menjadi Negara yang merdeka dan berdaulat, yang kemudia diakui oleh seluruh dunia.yang kurang beruntung, gugur dalam membela cita-citanya sebagai pahlawan ataupun pejuang yang tak dikenal namanya, menghias Ibu Pertiwi. Sebagian lagi yang terlibat dalam perjuangan di medan pertempuran menghadapi musuh-musuh, dengan senjata seadanya (tombak, keris, atau bahkan hanya dengan bambu runcing), mengajarkan pencak SH kepada teman-teman seperjuangan yang bukan warga SHO, melanggar sumpah SH-nya demi kepentingan nasional yang dinilai berada diatas segala-galanya (seperti yang diajarkan juga oleh SHO).

Pada tanggal 18 Mei 1948 di Solo, terbentuklah organisasi nasional pencak silat bernama Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), melibatkan saudara-saudara SH sebagai pelopor berdirinya IPSI bersama 15 orang tokoh-tokoh pencak silat yang antara lain dari aliran Minangkabau (Sumatra Barat) diwakili oleh Datuk Ahmad Madjoindo, aliran Sunda (Jawa Barat) diwakili oleh Surya Atmaja dan sisanya saudara-saudara SH antara lain Munandar Hardjowiyoto, Rahmad Suronagoro, R. Mariyun Sudirohadiprojo dan lain-lain serta Mr. Wongsonegoro sebagai Menteri PP dan K (Depdikbud).

Dalam konggres SHO ke-10 di Semarang, tahun 1954, Munandar Harjowiyoto dipilih sebagai Ketua Umum dan oleh konggres ditetapkan sebagai lambing, meskipun pada mulanya menolak, pada akhirnya diterima. Sesudah Munandar Harjowiyoto menjadi Ketua Umum, cara “anname” atau “keceran” diubah, maju selangkah yaitu penjelasan sebelum dikecer boleh dikatakan bersifat umum atau terbuka (sebelumnya hanya didengar oleh calon saudara baru dan saksi) dengan mengundang beberapa tokoh masyarakat dan undangan lainnya. Tanpa orientasi kepada masyarakat luas yang serba majemuk, kiranya tidak akan memperlancar tujuan SHO yang amat luhur dan mulia untuk diketahui bahwa, “ajaran atau falsafah SH bukanlah suatu ajaran ilmu klenik, akan tetapi suatu upaya pendidikan dalam membentuk manusia utuh yang berbudi pekerti luhur”.

Kemudian pada tahun 1972, pada konggres ke-13 di Yogyakarta, menetapkan keputusan dengan kesepakatan bahwa nama SHO berubah menjadi Persaudaraan Setia Hati. Perubahan nama tersebut merupakan pernyataan Ketua Umum Konggres, Munandar Harjowiyoto yang menyatakan bahwa, “…para khadang Persaudaraan SHO tidak lagi mengenal garis pemisah antara para khadang serumpun SH dan persaudaraan SHO menjadilah SH saja tanpa O (organisasi), kembali ke sumber”. Pertimbangan yang diambil oleh MUBES adalah karena adanya Pengurus Besar, Pengurus Daerah dan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, sudah cukup jelas menandakan adanya organisasi. Sekaligus untuk meyakinkan para rumpun SH lainnya, khususnya para khadang SH Winongo, bahwa SHO telah menghapus atau mencabut adanya garis pemisah yang tajam antara SHO dan SH Winongo dan lainnya.

Tanggal 27 Januar 1979, Munandar Harjowiyoto meninggal dunia dan dimakamkan di Ngambe, Ngawi Jawa Timur. Almarhum Munandar Harjowiyoto meninggalkan pesannya yang juga pesan para leluhur bangsa Indonesia, yang telah sering didengar yaitu, “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani”, ini berarti bahwa seorang khadang SH yang mendapat kepercayaan harus berikhtiar sekuat tenaga agar memberikan contoh yang baik.
sumber: SHO


Eyang Suro VERSI PERSAUDARAAN SETIA HATI ORGANISASI

Muhamad Masdan lahir pada 1869 di daerah Gresik (Jawa Timur). Kelak kemudian putra tertua Ki Ngabehi Soeromihardjo ini dikenal dengan dengan nama Ki Ageng Hadji Ngabehi Soerodiwirdjo (Eyang Suro).
Setahun setelah menyelesaikan pendidikan formal setingkat SD, beliau mendapat pekerjaan magang sebagai juru tulis pada seorang kontroler (orang Belanda). Selain bekerja, beliau tetap meneruskan belajar di Pesantren Tebuireng (Jombang). Dari Pesantren inilah, Eyang Suro mulai mendalami ilmu agama dan pencak silat sekaligus. Kombinasi ini terus menjadi pola belajar yang beliau dapatkan selepas dari Tebuireng. Seperti ketika kemudian ditugaskan sebagai pegawai pengawas di Bandung, dimana selain menambah wawasan agama dari guru setempat, juga mendapatkan ilmu pencak silat aliran Pasundan seperti Cimande, Cikalong, Cipetir, Cibaduyut, Cimalaya dan Sumedangan.

Hanya setahun di Bandung, beliau harus pindah kerja ke Jakarta (Batavia). Dan selama di Jakarta pun, beliau menggunakan kesempatan untuk memperdalam ilmunya pada guru agama yang juga mengajarkan pencak silat aliran Betawen, Kwitang dan Monyetan. Setelah setahun, kemudian harus pindah kerja lagi ke Bengkulu selama 6 bulan, lalu ke Padang (Sumatra Barat). Di daerah ini, beliau tinggal hampir selama empat tahun dan juga tetap meneruskan belajar. Namun dalam budaya Minangkabau pada saat itu, mempelajari pencak silat setempat tidak mudah. Guru-guru tingkat tinggi umumnya adalah juga seorang sufi yang tidak sembarangan mengajarkan ilmu atau mengangkat murid. Salah seorang guru Eyang Suro di sini adalah Datuk Rajo Batuah. Selama di Sumatra Barat ini, beliau juga menambah penguasaan ilmu pencak silatnya dari aliran Minangkabau dan Bukittinggi. Selanjutnya Eyang Suro harus pindah tempat kerja lagi ke Aceh yang memungkinkannya memperdalam ilmu dari guru-guru di daerah setempat seperti Tengku Achmad Mulia Ibrahim, dll yang selain mengajarkan agama juga pencak silat Aceh.
Setelah empat tahun berada di Aceh, Eyang Suro kembali ke Surabaya (Jawa Timur). Ketika kemudian mulai banyak murid yang bermaksud belajar kepadanya maka agar lebih terorganisasikan kemudian dibentuk perguruan pencak silat dengan nama (dalam ejaan baru) Joyo Gendilo Cipto Mulyo / Sedulur Tunggal Kecer. Sebuah perguruan pencak silat yang kelak berkembang menjadi banyak perguruan seperti Persaudaraan Setia Hati, Setia Hati Terate, KPS Nusantara, dan beberapa nama perguruan pencak silat lainnya lagi.
Walaupun menguasai pencak silat tingkat tinggi dari berbagai daerah di Nusantara, namun justru oleh mereka yang mengenalnya, Eyang Suro sendiri dikatakan sebagai pribadi yang sangat sabar dan ramah. Beliau sendiri mengajarkan bahwa pada tingkatan tertinggi, olah pencak silat bukan lagi pada fisik tetapi spiritual, menuju pengenalan jatidiri sejati. Meskipun tidak banyak, namun ada murid-murid beliau yang kemudian mencapai tingkatan tersebut. Diantaranya alm. Bp. Bambang Soebijantoro Karto Koesoemo (terakhir menjabat sebagai Bupati Ngawi pada 1965-1967), salah seorang keponakan beliau yang karena kecerdasannya (antara lain menguasai beragam bahasa asing secara otodidak) juga menjadi penerjemah pemerintah untuk para tamu negara. Pada 2006, seorang murid (kini tinggal di Taiwan bersama keluarganya) yang sebelumnya telah menyelesaikan jenjang pendekar dari salah satu Perguruan beliau di Madiun juga kemudian mencapai tingkatan pencerahan tersebut.