Friday 31 October 2008

Dengan Pencak SIlat mari menjadi Ksatria





lihatlah keindahan yang terkandung dalam setiap gerak langkah seni bela diri Pencak silat.

Pandeka Mihar G = Sentak
Sakabek bak Siriah, Sarumpun bak Sarai

PMG=SENTAK ini didirikan untuk menjawab, mempelajari sekaligus meneliti dan mempraktekkan pertanyaan pertanyaan dan usulan dari kelompok-kelompok ataupun golongan-golongan manusia yang mencintai dan tertarik budaya luhur yang bernilai tinggi dari " nenek moyang rang Minang". PMG=Sentak didirikan pada hari Senin pagi jam 07.07 Wib.Tanggal 27 Oktober 1986 di Bukittinggi Sumatera Barat, oleh Pandeka Mihar Walk Pangeran. Pandeka Mihar dilahirkan pada tahun 1961 di Padang Sumatera Barat. Ibu beliau H.Syamsinar Isa (dari Kamang Mudiak. Kab.Agam). Bapak beliau Zabir Tuanku Rajo (dari Kurai Bukittinggi). Pandeka Mihar sejak tahun 1989 mengembangkan PMG=SENTAK di Europe yang berpusatkan di Vienna, Austria. Perkembangan latihan di Europe sangat pesat. Sekali dalam satu tahun beberapa orang Anak sasian/murid - murid, pelatih dan kerapatan Pendekar dan Pandeka mengadakan "mandabiah ayam" (mandarahi galanggang) ke tanah leluhur Minang Kabau.

Silek-Galuik-Pandeka.
Nan mudo basintak naiak, nan tuo basintak turun.basilek dipangka pisau,bagaluik diujuang karih

Sudah kebiasan (adaik) dari rang Minang mempelajari dan memberikan yang dipelajarinya kepada orang yang membutuhkannya (Anak sasian). Bermacam ragam Silek yang ada diranah Minang apalagi sejak tahun 1948 adanya Ikatan Pentjak silat Seluruh Indonesia yang disingkat IPSSI. Pada tahun 1950 melakukan perubahan nama menjadi Ikatan Pentjak Silat Indonesia (IPSI).Setelah ejaan Indonesia disempurnakan (mulai 17 Agustus 1972) tulisan Pentjak menjadi Pencak.Tetapi tidak semua Silek atau Galuik menjadi anggota wadah yang disebut diatas, karena banyak Sasaran (nama tempat berlatih memperdalam ilmu bela diri, seni dan mempelajari adat dalam Baso Minang) yang tidak mempunyai anggota tetap, mereka tidak mau gerakannya dilihat orang (jauah dari galanggang mato rang banyak ). Bukan takut dicuri gerakannya, tapi disitulah keampuhan Galuik/Silek rang minang, Garik rasio (Gerak rahasia), semakin rahasia garakan silek tersebut, semakin berbahaya hasilnya (makanannya). Di Minang kabau Gerak berarti Garik,Garak berarti Naluri.(tau digarak jo garik, tau diangin nan bakisa). Karena sangat berbahayanya Galuik atau Silek ini. Pandeka(Panggilan penghormatan terhadap guru beladiri Minang Kabau) harus pandai mengobati Anak sasian (Panggilan penghormatan kepada murid yang belajar beladiri Minang Kabau). kalau terjadi kecelakaan dalam melakukan latihan, jadi banyak Pandeka adalah dukun pengobatan dan juga memberikan pandangan hidup kepada Anak sasian.

Beberapa ahli sejarah mencoba meneliti pengertian kata Pandeka, beberapa dari mereka itu menyatakan kata Pandeka berasal dari bahasa sangskerta yang kira kira Andhika yang berarti orang pandai yang di teladani, dalam baso (bahasa) Minang berarti pandai aka , yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah orang mempunyai kelebihan dalam mengelola hidup, orang yang mempunyai ilmu filsafat yang tinggi yang dia pelajari dari alam dan lingkungan sekitarnya.

Bertolak dari hal tersebut diatas, maka Silek/galuik mempunyai nama-nama dari alam sekitarnya, seperti nama-binatang yang perkasa dan keahliannya untuk mempertahankan kehidupannya, dari musuh-musuhnya dan tantangan alam sekitarnya: Kuciang Bagaluk, Harimau Bagaluik, Galuik Harimau Tingkih, Silek Buayo lalok, Silek Katapiak Balam balago, Silek Alang Ponggongan, Silek arak kabau gadang, Silek Gajah badorong. Dilihat dari Waktu/masa berdirinya(ditemukannya): Silek tuo, Silek baru,Silek lamo. Dilihat dari Jenis kelamin: Silek....... Nan jantan, Silek........ nan Batino. Dilihat dari Kedudukan dalam Kerajaan Minangkabau: Silek Dubalang (Hulu Balang), Silek Pangeran, Silek Rajo, Silek Istano. Dilihat dari nama Penemu atau orang-orang yang terkenal: Silek Tuanku nan Rentjeh, Silek Malin Marajo, Silek Pakiah rabun, Silek Pandeka Uma, Silek Siku Mak Raih. Dilihat dari dari tempat/alam Silek itu ditemukan: Silek Sunua, Silek Pauah, Silek Lintau, Silek Kamang Tuo, Silek Minang, Silek Koto Anau, Silek Pasia, Silek Sungai Patai, Silek Sungai Pagu, Silek Batumandi. Dilihat dari keadaan Alam: Silek Gadang, Silek Pasia, Silek Gunuang, Silek Batu Biaro, Silek Rimbo Tingkalak. Dilihat dari keampuhan Gerakannyanya: Starlak, Kumango, Sentak Tuo,Gayuang salacuik, Luncua.Dilihat dari Tumbuh-tumbuhan: Silek Sawi, Silek Ulu kayu, Silek Talang, Silek Baringin sati, Silek Batuang sarauik. Dilihat dari makanan yang ada di Minangkabau: Silek Puluik, Silek Gulo-gulo tare. Begitu Juga nama-nama gerakan, para Nenek moyang rang Minangkabau memberikan nama nama dari lingkungan sekitarnya : Alu pontong, sandang sate, geleang baruak, sisiak, Simpia, aua tapi tabiang, ampang, rumah gadang, lumbuang gadang ndak badindiang mancik sikua ndak lalu, tapiak, kungkuang, kabek, tangkok, dongkak, papek, runciang, semba, kalatiak, dst. Melalui latihan-latihan dimalam buta, disadari atau tanpa disadari oleh Anak sasian , dia dilatih dekat dengan alam atau ditingkat tingginya mereka menyatu dengan lingkungannya, sekaligus mempertajam nalurinya. Melalui beberapa ujian langsung ataupun secara tidak langsung, anak sasian menjadi......................

PMG=SENTAK

Bajalan siganjua lalai,alu tataruang patah tigo,samuik tapijak indak mati.

PMG=SENTAK adalah Institut atau lembaga dalam mengembangkan dan penelitian dalam ilmu seni beladiri ,tari dan filsafat Minangkabau.Pengembangan latihan dalam PMG=Sentak sedemikian rupa mengambil cara - cara zaman dahulu kala dan yang terkini tanpa meninggalkan akar dari kebudayaan dimana dia berasalkan. Gerakan di dalam PMG=SENTAK mempunyai tanda diantara lemah gemulai,pelan,terarah,dan dengan kecepatan tinggi (Sentakan) dari tenaga yang bepusat dipertengahan tubuh(Basi Kursani). Gerakan ini dipergunakan dalam tangan kosong atau pun dalam gerakan bersenjata. Sopan santun (adaik) dalam PMG=SENTAK mempunyai nilai yang tertinggi, Penyelesaian persoalan dengan perkelahian tidak dibolehkan. Lima segi (aspek) dalam PMG=SENTAK yang berbeda tujuannya tetapi berkaitan satu sama lainnya :

1.Memperkuat tubuh dari serangan penyakit dari dalam tubuh melalui gerakan yang terarah dan pernapasan.(mampasalisihan angok)

2.Beladiri dari serangan luar melalui ketepatan dan kecepatan gerakan belaan dan serangan ,yang diarahkan ditujukan mempergunakan tenaga lawan . Tangan kosong ataupun bersenjata.

3.Mempelajari ilmu tubuh ,untuk mengetahui kelemahan lawan dan secara langsung untuk pertolongan kepada orang orang yang membutuhkan pengobatan.

4.Menemukan keahlian sendiri dalam mengolah tubuh melalui gerakan-gerakan tari ,bungo,sabung bebas yang diiringi oleh musik tradisi minang (Aluang Bunian).

5.Rahasia/ Pitaruah.
Latihan inti PMG=SENTAK:

pasah jalan dek batampuah - apa kaji dek baulang

Garik mulo : Dasar gerak dari PMG=SENTAK

Tari Jo bungo: Langkah dan kembangan. Gerakan yang telah disusun sedemikian rupa yang mempunyai tujuan pengembangan gerak, naluri, rasa, ketepatan, kecepatan, kekuatan, kemantapan, pernapasan dan keindahan.

Permainan sabuang: Tatacara yang telah diatur untuk perkelahian dasar.

Sabuang: Latihan Perkelahian bebas yang menghasilkan rasa kebebasan/percaya diri tanpa merusak kepada lawan

Sinjato: Senjata yang dipergunakan dalam latihan,Kurambik,sabik,pisau sirauik,kuku alang,Sewah,ladiang,tungkek,kipeh,deta, dst.

Aluang Bunian: Bunyi -bunyian tradisional Ranah Minangkabau

Ilmu urut: Urut tulang, urat, kulit, rasa, buka, tutup jalan darah

Pernapasan: Secara langsung atau tidak langsung dalam latihan diajarkan bagai mana menghidupkan basikursani.

Adaik: Adalah sopan santun dalam latihan dan dengan alam lingkungannya.

Raso jo Pareso : Latihan perasaan dalam mengolah tubuh dilanjutkan dengan mengolah jiwa dan pengolahan tubuh, dan dalam masa yang ditentukan memeriksa gerakan sendiri dan tingkah laku tanpa membutuhkan bantuan secara langsung dari pihak(Orang) lain

Maurak balabaik jo Pitunggua: Langkah dalam menghindar, menyerang dan memindahkan tubuh yang mempunyai keindahan dan rasa seni yang tinggi

Kabek jo kunci: Cara kuncian yang mempergunakan sedikit tenaga menghasilkan hasil yang sempurna

Tari Sewah: Tarian yang dilakukan oleh sepasang atau lebih, menggunakan pisau (Sewah, Kuku Alang)

Induak - Induak jo Pacahan: Jurus Galuik/Silek minang dan pecahan

Rahasia nan sabana rasio: nan saganggam barikan nan sapinciak andokan (nan babungkuih jo kain kunyiang/panaruhan - pitaruah)

Dongkak kudo
Tambo Silek/Galuik (Sejarah/ Tambo Jo Mamang):

Dari mano titiak palito, dari telong nan barapi,dari mano asa niniak kito,dari puncak gunuang marapi.
Sila kan lihat Situs Baso Minang.

Ditulis oleh:Puti Kaisar Mihara

Cintai budaya sendiri sebelum mencintai budaya asing (Makmur H.P)

Rebutlah kemenangan tanpa korbankan persaudaraan (Makmur H.P)

Alamat Sasaran:

Pandeka Mihar Institut. Schule für Südostasiatische Bewegungs- und Kampfkunst

Wumsergasse 43/1-2 A - 1150 Vienna, Austria - Europe

source

Friday 17 October 2008

JATI DIRI MANUSIA


Jati diri manusia, “ manunggaling kawulo gusti” dalam istilah Jawa merupakan ilmu Jawa tingkat tinggi. Manusia yang sudah bisa merasakan adanya Tuhan dalam dirinya sendiri. Manusia seperti ini dalam segala tindak tanduknya selalu diilhami oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Apa yang dikerjakan sesuai dengan apa yang dirasakan. Manusia itu punya bentuk batin yang tidak kelihatan oleh orang lain namun kelihatan oleh dirinya sendiri. Namun begitu tidak semua orang bisa melihat bentuk batinnya ini, kalau tanpa melalui lelaku. Dengan lelaku inilah manusia baru bisa melihat bentuk batinnya sendiri. Laku ini berat untuk dijalani bagi...orang awam. Namun orang yang bisa menjalaninya berarti orang ini dapat dikatan orang linuwih. Hal laku ini seperti yang pernah dijalani dalam cerita pewayangan yaitu Brataseno (Bimo) ketemu Dewa Ruci. Dewa Ruci adalah bentuk batinya Bimo sendiri maka dalam pewayangan Dewa Ruci digambarkan Bimo kecil (Semua bentuk tubuhnya mirip Bimo namun kecil). Betapa berat laku yang dijalani Bimo sehingga dia menemui bentuk batinnya sendiri, sehingga ia bisa “manunggaling kawulo gusti”. Bisa merasakan adanya Tuhan dalam dirinya.
Badan manusia, hartanya semua ini adalah titipan Tuhan semata yang harus dijaga agar tak diganggu oleh orang lain maupun makhluk lain. Manusia diberi kepercayaan untuk menjaganya, dan yang dipercaya juga harus memberikan tindakan nyata atas kepercayaan yang telah diberikan. Yakni menggunakan badan serta harta untuk tujuan kebaikan, jangan digunakan hanya untuk kesenangan dan kenikmatan semata, sebab titipan ini tidak untuk dibuat kesenangan dan kenikmatan akan tetapi digunakan untuk hal-hal yang mendatangkan barokah. Agar kelak dikemudian hari apabila titipan ini diambil kembali oleh yang punya, tidak akan disiksa, karena salah menggunakan titipan.

“Manusia dapat dimatikan, manusia dapat dihancurkan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu masih percaya pada dirinya sendiri.”
Manusia dapat dimatikan oleh orang lain kalau ia dibunuh, dapat pula dihancurkan missal ia dibakar atau digilas akan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan kalau manusia itu masih percaya pada dirinya sendiri (batinnya sendiri). Batin inilah puncak segala kekuatan manusia karena batin manusia akan selamanya benar, belum pernah ada cerita kalau batin manusia itu bohong atau salah. Karena memang batin adalah hati kecil paling dalam yang tak akan pernah berbuat kesalahan, Hati kecil ini memang diciptakan oleh Allah agar manusia percaya pada dirinya sendiri sehingga akan terhindar dari bujukan dan rayuan syaiton. Manusia berbuat benar karena Allah, manusia berbuat salah karena nafsu kemungkaran hasil bujukan syaiton. Namun sesungguhnya kalau manusia mau percaya pada hati kecilnya sendiri tentunya tidak akan berbuat salah. Walaupun kita sudah mati dan berada di alam kubur kebenaran yang ada pada diri kita akan tetap hidup untuk selamanya, karena kebenaran adalah milik Allah swt. Dan apabila kita mati dalam kebenaran tentunya hati kita di alam barzah akan mendapat ketenangan dan kedamaian. Sesuai dengan janji Allah seperti terkutip dlm Qur’an “ Orang yang berjuang di jalan Allah (kebenaran) akan mendapatkan sorga sebagai penggantinya”
Coba kita renungkan sejenak :
Pejamkan mata, tarik nafas dalam-dalam lalu tahan sekuatnya, kosongkan fikiran dan rasakan, berdialoglah dengan hati kecil kita. Jika nafas tak kuat keluarkan pelan-pelan lalu tarik nafas lagi begitu seterusnya. Anda akan menemui kedamaian yang tiada tara.

Dalam Islam jati diri manusia ya manusia itu sendiri bentuk lahir batinnya. Islam tidak mengajarkan manusia untuk menjalankan laku seperti dalam ilmu Jawa. Bagaimana manusia itu akan bertindak ya dia sendiri yang menentukan. Manusia hidup sudah ditakdirkan dalam “Lauful Makhfud” Manusia tidak tahu dan tidak bisa merubah takdir ini. Manusia hanya bisa merubah nasibnya, karena nasib manusia berada ditangan manusia itu sendiri. Manusia hidup hanya dicipta untuk beribadah semata, “seperti diatas”. Islam is rasional. Nabi dalam sunahnya juga tidak pernah mengajarkan manusia untuk bertapa seperti dalam dongeng. Manusia hanya diwajibkan islah, hijrah (menyendiri, meninggalkan tempat) apabila dalam suatu kaumnya sudah rusak (tak bermoral) namun sudah diberi peringatan juga tidak mau berubah. Hanya kita disunahkan untuk banyak berdzikir dan beribadah. Dalam setiap kesempatan apapun rasanya kita bisa menjalankan kedua hal tersebut. Namun kadang kita lupa, karena semakin banyaknya kebutuhan hidup dan semakin rumitnya hidup ini. Jatidiri dalam Islam adalah manusia yang bertaqwa, karena kunci menjadi manusia Islam sejati adalah Taqwa. Manusia diahadapan Allah yang dinilai bukanlah harta, isteri, anak, namun hanya ketaqwaannya. Manusia yang sudah bisa menjalankan perintah serta menjauhi larangannya. Seperti Nabi atau alim ulama lainnya yang patut dijadikan contoh. Manusia yang seperti inilah yang sudah bisa menemukan jatidirinya. Nrimo ing pandum (menerima apa adanya sesuai dengan pemberian rizki dari Allah swt. Manusia yang tidak iri atau dengki melihat orang mendapat kesenangan dan kenikmatan. Apabila ia mendapat kenikamatan rizki ia bersyukur dan apabila ia mendapat kesusahan rizki iapun tetap bersyukur dan tidak mengeluh. Apa yang dihadapannya dan apa yang dikerjakannya adalah merupakan takdir semata. “Sepiroa gedhening sengsara yen tinampa among dadi coba”(goer/85)

Tulisan: mas Goeroso